15 September, 2007


DEADLINE... tau kan kata ini...??? Yang pasti, kata ini membuat aku langsung panas dingin. Kadang-kadang juga bikin aku kebakaran jenggot. Bahkan, perut ku langsung mules-mules. Tak hanya itu, kadang-kadang aku gak bisa tidur. Ketak, ketik, ketuk, ketok bunyi tuts komputer, tapi pandangan ku kosong. Aku bingung, gak tau mau memulai dari mana. Mati ide, gak tau harus menulis dari mana. Susah juga menetapkan lead kalau udah dikejar deadline.

Tapi, aku harus bisa. Dooorrr.... bummmm.... letusan senjata menyalak lagi. Bom meledak lagi.... Ah aku sudah biasa dengan berita itu. Tiba-tiba, kriiing, kriiing, kriiing, 021-5360012 tertulis di mobile phone ku. “Hallo....” Suara perempuan yang sangat manja, memulai percakapan denganku. "Ochan, berita bom itu gimana. Ochan, ada gak berita penembakan. Korbannya gimana, mati gak....??? Stevie Emilia, si editor ku yang paling cantik menanyakannya. "Siap mbak, sebentar lagi ku kirim," kataku. Ah, deadline, aku harus diburu waktu.

Memang, deadline selalu berhubungan dengan apa yang aku kerjakan. Paling gak, itulah batas waktu yang sudah ku sepakati. Maka, aku tak boleh mengeluh. Aku tak boleh panas dingin. Aku tak boleh marah, apalagi sampai gak bisa tidur. Ya...itulah kesepakatan yang harus ku taati.

Tapi, kadang-kadang juga, Jakarta (Palmerah Selatan) tak mau tahu soal kondisi ku di sini. Kadang-kadang koneksi internet begitu lelet. Bahkan, mati sama sekali. Akhirnya memengaruhi deadline ku. Apalagi di Poso.... rebutan komputer menjadi pemandangan sehari-hari para wartawan di sini. Tapi, apa peduli... Jakarta hanya terus mengejar berita itu, dan aku harus menepati deadline.

Aku membayangkan, kalau saja Jakarta bisa membelikan aku laptop, nanti ku cicil dengan honor ku yang gak seberapa setiap bulannya, pasti aku gak akan berebutan komputer lagi di warnet. Tapi sampai kapan, apa iya Jakarta mau membelikannya....??? Entahlah...***

Tidak ada komentar: