24 Oktober, 2007

Membaca Sama dengan Makan dan Minum


Ruangan itu tidak terlalu luas. Lebih tepat disebut sebagai sebuah ruang garasi untuk mobil. Penerangan pun tidaklah maksimal. Tapi ruangan itu begitu berarti.

Ya..ruangan itu adalah perpustakaan mini bernama Nemu Buku Palu. Nemu, adalah kependekan dari nama Neni Muhidin. Seorang pria kelahiran Palu yang setelah selesai menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Hubungan Internasional di Universitas Pasundan, Bandung, lalu kembali ke Palu.

Penulis Antologi Puisi Dian Sastro for Presiden ini, kemudian berobsesi mencerdaskan anak-anak muda Palu. Maka salah satu solusinya adalah memperbanyak membaca buku.

"Bagi saya membaca itu sama dengan makan dan minum. Membaca menjadi sebuah kebutuhan untuk dapat melihat dunia yang lebih luas," kata Neni Muhidin yang lahir di Palu 1 Juni 1978 ini kepada pers, Sabtu (20/10) lalu.

Ia mengaku bergairah, setelah melakukan survei di Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah. Di situ ia melihat ada beberapa orang yang lagi asyik membaca dan menulis. Ada anak-anak sekolah yang mendata-data buku.

Meski tidak terlalu banyak pengunjung, di perpustakaan daerah itu, tapi Neni Muhidin bergumam: "Di perpustakaan daerah itu saya bernapas panjang. Hmmm, ada gairah, sekalipun tak massal," ujarnya.

Dari situlah, pada 17 Agustus 2007 lalu secara resmi ia membuka perpustakaannya. Launchingnya ditandai dengan diskusi yang hanya dihadiri oleh sekitar enam orang saja.

Ia tak putus asa. Kampanye pentingnya membaca buku terus dilakukannya. Lantas, ada kawannya yang memberikan ide bahwa sebaiknya dilengkapi dengan warung kopi, agar orang datang membaca sambil bisa membaca.

"Akhirnya saya ikuti saran itu dan berdirilah kedai kopi. Maka jadilah satu paket perpustakaan mini dan kedai kopi Nemu Buku Palu," kata Neni Muhidin.

Mendapat Donasi Buku dari Sahabat

Awalnya, semua buku dan majalah bekas yang dibawa dari Bandung menjadi koleksi di perpustakaan mini itu. Ia kemudian memperluas jaringannya dengan mencari donasi buku melalui milling list. Hasilnya, sejumlah kalangan pun menyumbang buku untuk Perpustakaan mini itu.

Para penyumbang buku itu antara lain Rony Palungkun, Pegiat Penerbitan, Jakarta, Dendy Borman, Jakarta, Kurniah Sari Dewi, Palu, Imam Sofyan, Dosen FISIP Universitas Tadulako, Palu, Yopi Rodiah, Pegiat LSM Anak Matahariku, Psikolog, Bandung, Mahmud Baculu, Sekretaris Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, Agustina Baculu, Pustakawan, Palu dan Intan Yusan Septiani, Jurnalis Tabloid Nova, Jakarta dan masih banyak yang lain.

"Mereka adalah sahabat saya, yang sangat antusias membantu mendonasi buku kepada saya. Terima kasih buat sahabat-sahabat saya itu," ujarnya.

Menurut Neni Muhidin, walaupun perpustakaannya tidak secanggih digitalisasi perpustakaan CSIS di Tanah Abang, Jakarta, atau perpustakaan di Depdiknas di Jakarta, tapi yang pasti, perpustakaan mini Nemu Buku Palu ini menjadi ruang melihat jendela dunia bagi anak-anak muda Palu.

Kini, perpustakaan mini Nemu Buku Palu itu belumlah seramai Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah. Tapi, Neni Muhidin mengakui bahwa setiap hari selalu saja ada pengunjung, baik itu mahasiswa maupun siswa SMU.
"Syukurlah, sudah mulai bergairah. Kawan-kawan juga banyak yang datang baca buku sambil diskusi di sini, karena saya buat konsep perpustakaannya lebih santai dan tidak terlalu formal seperti perpustakaan lainnya," tandas Neni Muhidin.***

Tidak ada komentar: