06 Oktober, 2007

Tuhan Ada di Jiwaku

Malam ini aku tidur. Dalam tidurku, ku merenung. Bahwa besok, pagi pasti kan datang. Fajar pasti menyingsing. Ayam pasti berkokok. Mentari akan menampakkan cahayanya. Burung-burung masih juga akan berkicau. Embun masih akan menempel di rerumputan.

Tapi, akankah aku masih bisa bertemu dengan fajar....??? Apakah mentari masih bisa menyapaku...???Apakah telingaku masih bisa mendengar burung-burung berkicau....??? Dan apakah kakiku masih basah karena menginjak embun di rerumputan....???

Aku baru bisa mendapatkan jawabannya, kalau aku sudah bisa bangun pagi. Tapi, dalam tidurku, aku terus gelisah memikirkan semua itu. Aku takut tak bisa bertemu dengan semua keindahan itu. Tapi yang pasti, bahwa Tuhan masih tetap ada di jiwaku. Aku tak akan gelisahkan Tuhan ku. Aku juga tak akan membuat Tuhanku menjadi sedih. Aku akan selalu membuat Tuhanku gembira. Dengan begitu, aku berharap Tuhan masih bisa membangunkanku untuk menyaksikan semua yang ku gelisahkan itu.

Tapi, kadang pula aku bertanya, apakah benar Tuhan ada di jiwaku....??? kalau Tuhan ada di jiwaku, kenapa jiwaku selalu gelisah...??? Tidak...aku tetap yakin bahwa Tuhan memang sedang ada di jiwaku dan aku merasakan itu, Saat ini Tuhan memang sedang berselimut dalam jiwaku. Aku sedang mendekap Tuhan dalam jiwa ku. Ku dekap erat-erat sampai Tuhan tak bisa lepas dari jiwaku.

Kadang, aku selalu berkata pada Tuhan, kenapa ENGKAU memilih jiwaku sebagai tempat persemayamanmu...??? Kenapa ENGKAU memilih selimut di jiwaku...??? Kenapa ENGKAU mau ku dekap dalam jiwaku....??? Aku belum menemukan jawaban itu dari Tuhan. Tapi, waktu aku sekolah, guru ku selalau mengatakan bahwa Tuhan tak pernah tidur. Ia selalu mengawasi semua yang ku lakukan. Ia dapat melihat semuanya, bahkan yang tak bisa ku lihat pun, Tuhan dapat melihatnya.

Tuhan, aku kagum pada-MU. Betapa besar kemampuan MU. ENGKAU menciptakan lagit dan bumi tanpa perlu berkeringat. ENGKAU hanya mengatakan jadi, maka jadilah semua itu. Sedangkan aku, untuk menginginkan sesuatu, aku tak mungkin mengatakan seperti apa yang ENGKAU katakan. Aku harus bekeringat dulu. ENGKAU menjadikan hidup dan mati tanpa berlelah-lelah terlebih dahulu.

Tapi aku...Aku harus berlapar-lapar dulu. Aku harus mengeluarkan tenaga dulu untuk mengadakan sesuatu. Itupun, hasilnya kadang tak sesuai harapan yang ku inginkan. Sekarang, aku sedang menunggu ENGKAU menunjukkan kekuasaan-MU yang lain.

Tuhan, aku tak akan mengecewakan-MU...aku tak akan membuat ENGKAU menjadi sedih. Aku akan selalu merawat-MU...aku akan selalu setia mendekap-MU agar ENGKAU tak lepas dari selimut jiwaku...***

Tidak ada komentar: